LIRA Soroti Kinerja PUPR Aceh: Jalan Provinsi Ruas Muara Situlen-Gelombang Lamban Ditangani
ACEH - Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) mengecam keras lambannya kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh dalam menyelesaikan infrastruktur transportasi di kawasan Kecamatan Leuser Kabupaten Aceh Tenggara.
Pembangunan jalan dan jembatan itu merupakan kewajiban Pemerintah Provinsi Aceh, dimana kawasan itu adalah akses jalan provinsi yaitu penghubung daerah terpencil Muara Situlen, Leuser menuju Gelombang Kota Subulussalam.
Jalan tersebut, yang menjadi akses utama masyarakat pedalaman Aceh itu, kini menjadi sumber keluhan karena kondisinya yang memprihatinkan.
Dengan akses jalan dan jembatan yang putus, karena tidak ada pilihan lain masyarakat terpaksa mengandalkan transportasi sungai menggunakan perahu bermesin yang berisiko tinggi dan sangat berbahaya, terutama saat arus sungai deras dan debit air tinggi.
Kecelakaan tragis yang terjadi pada 22 Desember 2024, di mana sebuah perahu yang membawa 26 penumpang terbalik, menjadi bukti nyata dari risiko yang dihadapi masyarakat. Peristiwa ini menimbulkan banyak korban jiwa dan menyoroti betapa mendesaknya perbaikan infrastruktur.
Aktivis LIRA Aceh, Muhammad Saleh Selian, menegaskan bahwa kondisi ini menunjukkan minimnya tanggung jawab moral pihak terkait. Ia meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengevaluasi kinerja PUPR Aceh, khususnya bidang jalan dan jembatan, agar masyarakat Leuser dapat merasa aman saat beraktivitas menggunakan transportasi darat.
“Sejatinya, masyarakat Leuser sudah lama mengidamkan jalan dan jembatan yang layak. Namun, hingga kini, kondisinya sangat memprihatinkan. Bahkan, mereka lebih memilih menggunakan transportasi sungai yang penuh risiko karena lambannya penanganan oleh PUPR Aceh,” ujar Saleh.
Kondisi Memprihatinkan dan Musibah Memilukan
Jalan provinsi yang menghubungkan Desa Kane Mende dan Bukit Bintang Indah, Kecamatan Leuser, putus diterjang banjir pada Sabtu, 21 Desember 2024 lalu.
Akibatnya, 15 desa di wilayah tersebut terisolir. Warga terpaksa menggunakan perahu bermesin untuk melintasi Sungai Alas yang deras demi beraktivitas, seperti ke sekolah, berdagang, atau memenuhi kebutuhan lainnya.
Musibah tragis pun terjadi pada Minggu, 22 Desember 2024. Sebuah perahu bermesin Robin yang mengangkut 26 penumpang terbalik di Sungai Alas saat melakukan perjalanan pulang membawa kebutuhan pokok menuju Bunbun Alas dan sekitarnya
Peristiwa ini menyebabkan banyak korban bahkan dua diantaranya meninggal dunia dan delapan dalam pencarian. Kabar terbaru ada ditemukan tiga korban di kawasan Kota Subulussalam juga dalam keadaan meninggal dunia. Kejadian ini meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Leuser.
“Ini bukan hanya masalah teknis, tetapi menyangkut nyawa manusia. Pemerintah tidak boleh apatis. PUPR Aceh harus segera mengambil langkah nyata untuk memperbaiki jalan dan jembatan di Kecamatan Leuser,” tegas Saleh.
Harapan untuk Aksi Cepat
Kalaksa BPBD Aceh Tenggara sebelumnya mengakui telah berkoordinasi dengan UPTD PUPR Aceh untuk menangani jalan yang putus di Kecamatan Leuser. Menurutnya, jalan tersebut merupakan akses penting untuk membawa hasil bumi dari ladang ke pasar. Namun, hingga kini, realisasinya masih belum memadai.
LIRA meminta seluruh pihak, termasuk PUPR Aceh dan Pemerintah Pusat, untuk segera bertindak. “Kami tidak ingin ada korban lagi,” pungkas Saleh. Masyarakat Leuser kini menantikan tindakan nyata dari pemerintah agar dapat menikmati fasilitas jalan yang layak dan aman, demi masa depan yang lebih baik.
"Sudah saatnya pemerintah mendengarkan keluhan masyarakat dan mengambil langkah konkret untuk memperbaiki jalan dan jembatan yang sangat dibutuhkan. Keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas utama, dan perbaikan infrastruktur adalah langkah awal untuk mencapainya." Pungkas Saleh (*)
Artikel ini telah tayang di: liputangampongnews.id